Selasa, 08 Februari 2011

Kemajuan seni Berpasangan

Belakangan saya melakukan hal yang berbeda dari yang sebelumnya saya lakukan dengan suami. Ketika saya bermasalah dengan perilaku dia, saya katakan padanya bahwa saya butuh waktu untuk mengolah emosi saya. Saya menunda untuk membicarakan masalah tersebut diwaktu itu, dan memintanya untuk menunggu beberapa hari. Alasan saya, saya ingin lebih tenang jika kami bicara, dengan harapan solusi dapat lebih mudah dibuat bersama. 

Selama menunggu itu rasanya juga tidak nyaman. Serba salah. Pengen nangis. Pengen marah. Campur aduk. Berbagai pikiran negatif bersliweran. Saya ingin agar dia  juga melakukan bagiannya dalam membina hubungan kami. Saya ingin dia terjun dan terlibat untuk menciptakan hubungan yang romantis, harmonis, samara, dan menyehatkan jiwa raga kami. Hubungan yang juga memungkinkan kami untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam banyak hal. 

Hal yang berbeda saya lakukan adalah saya tetap menjaga masalah ini diantara kami saja. Dulu, saya sering memperlihatkan di depan anak-anak kalau saya sedang marah pada ayah mereka. Kali ini, saya berpikir untuk tidak mengganggu anak-anak. Saya tetap bicara pada ayahnya secara wajar. Saya masih menunjukkan bahwa saya menghargainya dihadapan anak-anak kami. Saya dan ayahnya masih mengurusi mereka, masih membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan anak-anak, sewajarnya. 
Maksudnya bukan untuk menutup-nutupi. Beda itu hasil akhirnya. Disini saya hanya menetapkan batasan bahwa ini adalah urusan antara kami para orang dewasa. 

Ketika akhirnya kami ngobrol mengenai hal itu, saya juga mendapat masukan dari suami. Ada sikap saya yang dia tidak suka dan ingin saya mengubahnya. Saya bisa menerima masukan dia. Saya menghargai dirinya dan saya ingin hubungan kami diperbaiki. Saya juga meminta kepadanya untuk lebih aktif kontribusi merawat hubungan kami. Saya tidak ingin sendirian dalam tim ini. Namanya bukan tim dong kalau yang bekerja hanya satu pihak? Ini berbeda dari tulisan saya beberapa waktu lalu. Dulu saya yakin bahwa It Takes Two to Tango but Somebody has to Make the First Move. Sampai First move menjadi second move, third move and so on dan terasa betapa melelahkannya berdansa sendiri....

Harapan saya, ketika nanti kami pergi kencan, kami bisa menikmati suasana berdua tanpa BB, tanpa membicarakan mengenai keuangan, anak, dan pekerjaan. Saya ingin lebih memahami dia dan tentunya ingin dia lebih memahami saya. Mudah-mudahan dengan begitu, kami senantiasa diingatkan akan semua hal yang membuat kami bersyukur kami saling memiliki.

1 komentar:

fitri mengatakan...

hwuaaaaaaaaaa....so sweet....
I agree with you! We -parents- should not involve children into our problem. Coz i know exactly how sucks being dragged into that kind of conflict -_-'