Rabu, 09 Februari 2011

Your Body Is ...Yours Truly

Buat ibu-ibu, gampang sekali berkomentar soal tubuh anaknya. Apalagi ibu-ibu yang punya anak perempuan. Bukan hal yang asing kalau dengar ibu komentari anak perempuannya "kamu tuh mbok ya ngurangin makan", atau kalimat-kalimat sejenis yang dampaknya meruntuhkan harga diri si anak (jangka panjang).

Sebenernya kan ngga ada ibu-ibu yang mau anaknya jadi minder dan merasa jelek ya? Maunya anak itu pede, dan khususnya bagi anak perempuan, ibu berharap anak perempuan tumbuh dengan menghargai kecantikan tidak hanya dari luar, tapi juga dari dalam diri. Lah, bagaimana harapan ini bisa terwujud kalau kalimat-kalimat ibu sehari-hari pada anak perempuannya tersirat pesan : "cantik adalah fisik yang (mendekati) sempurna".

Katanya pengen anak (perempuan) kita merasa cantik luar dalam ? Masa kita ajari dia melihat kecantikan itu dari luarnya saja? Bahaya. Iklan yang beginian udah kelewat banyak. Pencemaran paradigma bahwa wanita harus sempurna secara fisik sudah jadi "makanan" sehari-hari tiap kali kita menyalakan TV. Ingat ngga sama iklan salep penghilang bekas luka? Adegannya seorang wanita muda, langsing, menarik, berjalan dengan pede ke arah seorang pemuda ganteng. Tiba-tiba angin bertiup menyibak rambutnya dan memperlihatkan bekas luka goresan di pipi. Wanita tersebut tiba-tiba merasa ingin menciut jadi keciiiiiil, hanya karena dia ada bekas luka di pipi. Absurd banget.

Lagipula dengan mengomentari tubuh orang lain, termasuk anak, kita sudah melakukan pelanggaran batasan. Kapan kita sebagai orang tua mau mulai menyadari bahwa tubuh anak adalah miliknya sendiri? Bukan wilayah kita. Bukan wewenang kita. Cek lagi deh ke diri kita. Kalau ada orang lain, bahkan suami sendiri, kalo mengomentari tubuh kita dengan "sembarangan", rasanya gimana? Suka ngga? Nyaman ngga? Bisa terima ngga?

Kalaupun kita concern dengan pertumbuhan tubuh anak, misalnya, sebaiknya kita sampaikan dalam kalimat yang mengandung respect pada dia. Kita tidak melabel " si kurus", "si gendut", karena kata-kata ini punya konotasi yang kuat. Kelak bisa berpengaruh pada persepsi anak yang menilai orang lain dari bentuk tubuhnya. Kalau memang fokus keprihatinan kita adalah kesehatan, ya sampaikanlah demikian. Ajak anak (kalau sudah paham), belajar mengenai pola hidup dan pola makan yang sehat. Kalau anak belum paham, berikan contoh langsung, misalnya dengan merevolusi menu makanannya. Tapi lingkungan juga harus mendukung. Kalau concern-nya kesehatan, ya seluruh keluarga harus ikut mengubah gaya hidup. Walk your talk, moms.

Bijaklah dengan kalimat-kalimat yang kita sampaikan pada anak-anak. Karena kalimat dari orang tualah yang membentuk konsep diri pada anak. Sangat berpengaruh pada kepribadiannya.
Yuk, belajar.... ^^v

Tidak ada komentar: